JOAN JOAN GERALD
Rabu, 31 Maret 2010
Seorang Anak dan Piano
Seorang ayah yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu kemudian,di kota tersebut datang seorang pianis terkenal.
Karena ketenarannya, dalam waktu yang sangat singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya. Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya berada di sampingnya.
Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak bisa betah duduk diam terlalu lama,tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai di redupkan, sang ayah sangat terkejut menyadari putranya tidak ada disampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa rasa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, Twinkle-twinkle Little Star. Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser sudah dimulai tanpa aba-aba lebih dahulu, dia langsung menyorotkan lampunya kearah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan seorang pianis, tapi hanya seorang anak kecil. Sang pianis juga terkejut dan bergegas naik ke panggung.
Melihat semangat anak tersebut, sang pianis tidak jadi marah. Ia tersenyum dan berkata "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk disamping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi GR, pikirnya, " Gila, baru belajar sebulan saja aku sudah hebat!"
Ia lupa bahwa yang mendapat sorak sorai penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, yang mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.
Jumat, 26 Maret 2010
Biarkan Aku Mengerti Dirimu
Aku tak mengerti mengapa aku merindumu?
mencemaskanmu dalam setiap deret waktu
meraba imajinasiku untuk menerka
apa yang kau lakukan?
berharap kau sedikit membayangkanku
Jika aku terbuai malam
Apakah kau akan menuai bintang untukku?
Jika aku menanti pagi
Apakah kau akan semaikan embun untukku?
Kubertanya pada Tuhan
Mengapa sepi ini mengulumku?
Merajut benang cinta diantara duka
Mencerca kasih di atas perih ini
Andai rasa ini bukan kesalahan
Apakah Tuhan begitu tega memberiku satu dera lagi?
Andai aku tak menggeret mimpi
Mengapa kau begitu menghantuiku?
Biarkan aku mengerti dirimu
Memahamimu....
Mencintaimu dengan segenap tenagaku
mendekapmu selamanya....
Memilikimu untuk mengarungi hidupku
mencemaskanmu dalam setiap deret waktu
meraba imajinasiku untuk menerka
apa yang kau lakukan?
berharap kau sedikit membayangkanku
Jika aku terbuai malam
Apakah kau akan menuai bintang untukku?
Jika aku menanti pagi
Apakah kau akan semaikan embun untukku?
Kubertanya pada Tuhan
Mengapa sepi ini mengulumku?
Merajut benang cinta diantara duka
Mencerca kasih di atas perih ini
Andai rasa ini bukan kesalahan
Apakah Tuhan begitu tega memberiku satu dera lagi?
Andai aku tak menggeret mimpi
Mengapa kau begitu menghantuiku?
Biarkan aku mengerti dirimu
Memahamimu....
Mencintaimu dengan segenap tenagaku
mendekapmu selamanya....
Memilikimu untuk mengarungi hidupku
Rabu, 24 Maret 2010
My Perfect Friend
My perfect friend holds me tight
My perfect friend kisses me goodnight
My perfect friend loves me for me
My perfect friend wont let me be
My perfect friend wears dark clothes
My perfect friend loves me loads
My perfect friend knows when in sad
My perfect friend isnt scared when im mad
My perfect friend makes me smile
My perfect friend would run a mile
My perfect friend is sweet at heart
My perfect friend is also smart
My perfect friend is really tall
My perfect friend will catch me when i fall
My perfect friend doesnt just look skin deep
My perfect friend is not cheap
My perfect friend is one of a kind
My perfect friend has one wild mind
My perfect friend is in my heart to stay
My perfect friend might be moving away
My perfect friend made me cry
My perfect friend can make me fly
My perfect friend left a tear in my eye
My perfect friend just said his last goodbye
My perfect friend saved my life
My perfect friend helped me battle the knife
My perfect friend is honest and true
My perfect friend just doenst get the clue
My perfect friend doesnt count my wrongs
My perfect friend writes me songs
My perfect friend will skip school
My perfect friend is deffinetly not cruel
My perfect friend is a guy
My perfect friend does not lie
My perfect friend i wished for in the past
My perfect friend is here at last
My perfect friend gives good advice
My perfect friend is so awesome and nice
My perfect friend doesnt get high
My perfect friend i have never seen cry
My perfect friend is so strong
My perfect friend is almost never wrong
My perfect friend is to perfect to say
My perfect friend told me he was moving away
My perfect friend asked if i cried
My perfect friend knows that i lied
My perfect friend is moving away
My perfect friend is in my heart to stay...
Senin, 22 Maret 2010
Mengapa Agama Tak Butuh Dilindungi
Mohamad Guntur Romli
ABRAHAH heran bukan kepalang. Abdul Muthallib, pembesar Mekah yang menemuinya, hanya peduli pada nasib unta yang dirampas penguasa dari negeri Habsyah (Ethiopia) itu, bukan nasib Ka'bah yang hendak dihancurkan. Kata Abrahah, "Mengapa kamu hanya peduli pada dua ratus ekor untamu, tapi tak peduli pada Bait (Ka'bah) yang merupakan agamamu dan agama moyangmu, yang hendak kuhancurkan?" Abdul Muthallib menjawab, "Aku peduli pada nasib unta, karena aku pemiliknya, sedangkan Bait itu punya Pemilik yang akan menjaganya." Inilah sekelumit dialog yang dikisahkan oleh Ibn Hisyam dalam Al-S�rah al-Nabawiyah, satu di antara biografi tentang Nabi Muhammad yang cukup otoritatif.
Kalau zaman sekarang, Abdul Muthallib mungkin akan dituduh egois, pasif, dan "materialistik", hanya peduli pada hartanya, tapi tidak peduli pada agamanya. Namun, di balik sikap itu tersimpan iman Abdul Muthallib yang kuat: bahwa Allah yang menjaga Ka'bah tidak tidur dan akan bertindak. Benar. Setelah itu, datanglah segerombolan burung Ababil yang membawa batu dari neraka dan melempari pasukan gajah Abrahah hingga hancur lebur. Tahun itu dikenal sebagai Tahun Gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad.
l l l
SAAT ini kita sedang menghadapi uji materi di Mahkamah Konstitusi terhadap sebuah undang-undang yang niatnya melindungi agama dari penodaan, yakni Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama. Namun niat tak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. UU ini dalam kehidupan sosial malah ikut menyulut konflik. Contohnya dari rekomendasi penting Institute for Culture and Religion Studies (INCReS) dalam "Laporan Kebebasan Beragama 2009 di Jawa Barat", yang mendesak pencabutan UU itu. Secara normatif UU tersebut dianggap "tidak selaras dengan semangat konstitusi yang dengan tegas menjamin hak kebebasan beragama dan/atau berkeyakinan". Melalui UU ini juga ditetapkan pasal 156-a dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur ancaman sanksi pidana bagi yang dituduh sebagai "penoda agama".
Melalui temuan INCReS, sepanjang 2009 di Jawa Barat terjadi 10 kasus pelanggaran kebebasan beragama yang dilakukan oleh aparatus negara, dan 35 kasus intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama dan keyakinan yang dilakukan oleh organisasi massa garis keras yang memakai "jubah Islam". Dalam aksi-aksi kekerasan ditemukan, UU itu dipakai sebagai dalih pembenar untuk menyesatkan, menyapu, hingga menangkap individu dan kelompok yang dituding menodai agama.
Pertanyaannya: mengapa UU ini dianggap mendesak dan darurat untuk dicabut? Benarkah agama tidak butuh aturan yang melindunginya? Dari temuan yang sangat umum kita mencermati tindakan-tindakan pelanggaran terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan malah berlindung di balik UU ini. Karena itu, dugaan yang mengatakan pencabutan UU ini akan menyebabkan konflik horizontal dalam masyarakat merupakan kekeliruan yang berlawanan dengan fakta sosial. Yang terjadi malah sebaliknya, selama ini konflik horizontal yang beraroma agama menggunakan UU ini-khususnya pasal 156-a-sebagai dalih melakukan penyesatan, kekerasan, penangkapan, dan penghakiman sepihak. Logika sederhananya: kalau tidak ingin konflik horizontal terus terjadi dalam masyarakat, UU Nomor 1/PNPS/1965 dan pasal 156-a itu harus dihapus (mans�kh).
Bagaimana UU tersebut bekerja sebagai pemicu, dalih, dan akhirnya vonis yang mengkriminalkan keyakinan? Pertama, dimulai dengan munculnya dugaan pada kelompok yang memiliki ajaran yang dianggap bertentangan dengan "keyakinan umum". Kelompok ini baik yang ada sejak dulu atau benar-benar baru. Contohnya, Syiah dan Ahmadiyah, yang masuk kelompok lama, sedangkan Lia Eden masuk kategori baru. Nah, dengan memakai UU dan pasal 156-a itu, kelompok tersebut dibidik dari sudut penodaan, bukan melalui sudut perbedaan. Keberadaan kelompok "tersangka" ini tidak lagi dipahami sebagai pihak yang keyakinannya dijamin, tapi bisa diancam sanksi pidana. Inilah tahap pertama bagaimana UU tersebut menyuguhkan cara pandang yang keliru dalam melihat perbedaan ajaran yang sebenarnya lumrah terjadi.
Tahap kedua: sebuah kelompok yang telah diidentifikasi sebagai "kelompok kriminal" dari perspektif keyakinan akan dimusuhi dan diupayakan untuk dilenyapkan. Tahap kedua ini adalah sebuah reaksi tindakan yang ditempuh melalui dua cara: pertama, ormas-ormas garis keras akan menindak langsung kelompok itu. Tindakan ini ilegal dan kriminal, tapi mereka selalu memakai dalih UU yang mengkriminalkan kelompok tersebut. Tak jarang ditambah fatwa untuk memperkuat dugaan kriminal. Kelompok "tersangka" pun dihajar dengan aturan negara dan fatwa agama.
Cara kedua: ormas garis keras tidak melakukan tindakan langsung, tapi menekan aparat pemerintah untuk melakukan tindakan kekerasan. Dalam konteks ini, aparat negara biasanya mengambil sikap yang paling "aman" dan "nyaman", karena ormas garis keras biasanya mengancam akan melakukan tindakan langsung kalau aparat tidak turun. Maka, dalam dugaan aparat, lebih baik menciduk kelompok yang kecil dan lemah daripada melawan ormas yang biasanya datang bergerombol dan tak ragu melakukan kekerasan. Di sini aparat negara bukan pelindung bagi warga negara dan kelompok minoritas, melainkan aparatus ormas garis keras yang mengatasnamakan mayoritas. Maka jangan heran kalau aparat negara menempati posisi tertinggi dalam pelanggaran kebebasan beragama, seperti yang dilaporkan INCReS.
Tahap ketiga: perbedaan agama dan keyakinan itu diseret ke pengadilan, dan ujung-ujungnya vonis pidana bagi terdakwa. Kerap kali saksi ahli yang dihadirkan ke pengadilan adalah mereka yang juga memulai, melaporkan, atau terlibat dalam tindakan kekerasan terhadap kelompok yang dianggap menyimpang itu.
Saya masih terheran-heran dengan tuntutan bahwa agama harus dilindungi oleh sebuah peraturan dari negara. Bagi saya, tuntutan ini bersumber dari iman yang krisis dan penuh dengan ketakutan: agamanya takut ternoda, rusak, atau bahkan punah. Tuntutan ini berlawanan dengan klaim absolut mereka tentang agama mereka, yang katanya sempurna, abadi, dan tak lekang oleh zaman. Mereka mengakui agama mereka sempurna, tapi tanpa sadar mengakui pula agama mereka bisa dinodai dan dikurangi.
Saya adalah bagian dari umat yang menegaskan bahwa agama, kepercayaan, dan keimanan yang kami miliki tidak akan bisa dinodai oleh siapa pun dan kapan pun. Apalagi agama yang dimaksudkan adalah agama yang telah berusia tak hanya ratusan tapi ribuan tahun, agama yang telah matang, dewasa, dan kenyal menghadapi tantangan.
Saya juga tak menafikan kelompok atau individu seperti cerita Abrahah, yang ingin "memusnahkan" agama. Kadang mereka memiliki alasan yang bisa dimengerti: menurut mereka, sikap permusuhan pada agama muncul karena agama sering disalahgunakan untuk menebarkan kebencian dan kekerasan. Kalau boleh, saya ingin mengambil tamsil agama dengan lautan. Apakah seseorang atau kelompok yang ingin mengencingi lautan berhasil menodai kemurnian lautan?
Untuk menyikapi kelompok atau individu yang berbuat jahat dengan membawa agama, yang bisa ditindak adalah perbuatan mereka, bukan keyakinan mereka. Seseorang yang menyembah batu, atau meyakini barang pusaka atau jimat bertuah, tidak bisa dikriminalkan karena keyakinan itu. Tapi mereka bisa ditangkap kalau memakai batu sembahan, pusaka, dan jimat mereka untuk mencelakakan orang lain.
Bagi saya, episode yang pernah "menodai" lautan dengan "limbah"-nya yang terbesar adalah modernisme. Periode ini dimulai dengan sikap ingkar terhadap apa yang berasal dari (doktrin) agama, yang akhirnya bisa membuktikan bahwa kemajuan bisa lahir tanpa campur tangan formal agama. Pertanyaannya: apakah agama lantas mati? Justru agama berkembang sangat pesat. Agama sebagai spirit tetap berfungsi seperti ulasan Max Weber, yang menyatakan pengaruh etika Protestan dalam kapitalisme, tapi bukan doktrin formal Protestan. Di Amerika kita sering memperoleh laporan tentang kebangkitan Kristen. Dan akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21 sering dipahami sebagai kebangkitan semua agama di dunia, dari agama-agama besar hingga ajaran spiritual.
Agama juga bukan seperti satwa liar yang hutannya telah punah sehingga harus dilindungi. Bukan pula seperti candi, kuil, dan bangunan kuno lainnya yang kehilangan daya sihirnya sehingga tidak dipedulikan, maka perlu dirawat secara khusus dalam "cagar alam" dan "cagar budaya" yang dijamin oleh peraturan. Padahal agama terus hadir dalam kehidupan ini, lembaga-lembaga keagamaan: pendidikan, pesantren, syiar, penerbitan, ormas, film, musik, dan lain-lain semakin tumbuh dan tidak menunjukkan perlunya sebuah "cagar agama". Yang perlu diwaspadai sebenarnya bukan agama yang bisa dinodai atau akan punah, tapi "overdosis" agama yang sering dibawa pada penyebaran kebencian, kekerasan, dan terorisme.
Dari penelusuran sejarah ini bisa disimpulkan, agama tak bisa dinodai dan dibunuh. Rahasia ketahanan agama ini bukan karena ia dijaga oleh undang-undang yang memberikan sanksi pidana kepada kelompok yang dianggap menodainya, melainkan karena diberikan kebebasan kepada umat untuk mengembangkan agamanya dalam pemikiran, perayaan, dan kebudayaan sehingga agama terus langgeng. Agama tak akan punah selama ia mampu bersanding dengan kemaslahatan manusia.
Karena itu, bagi saya, peraturan yang beriktikad-meskipun baik-ingin melindungi agama merupakan kesia-siaan. Bahkan peraturan ini telah dijadikan dalih pelanggaran. Peraturan itu dijadikan pembenaran bagi seorang saudara untuk menikam saudaranya yang lain hanya gara-gara perbedaan agama. Seharusnya peraturan itu lebih ditujukan pada perlindungan manusia yang menganut agama, bukan pada agama yang menurut keyakinan pemeluknya telah dijamin keabadiannya. Seperti Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad, yang menyerahkan urusan agama (Ka'bah sebagai Bait Allah) kepada Pemiliknya.
ABRAHAH heran bukan kepalang. Abdul Muthallib, pembesar Mekah yang menemuinya, hanya peduli pada nasib unta yang dirampas penguasa dari negeri Habsyah (Ethiopia) itu, bukan nasib Ka'bah yang hendak dihancurkan. Kata Abrahah, "Mengapa kamu hanya peduli pada dua ratus ekor untamu, tapi tak peduli pada Bait (Ka'bah) yang merupakan agamamu dan agama moyangmu, yang hendak kuhancurkan?" Abdul Muthallib menjawab, "Aku peduli pada nasib unta, karena aku pemiliknya, sedangkan Bait itu punya Pemilik yang akan menjaganya." Inilah sekelumit dialog yang dikisahkan oleh Ibn Hisyam dalam Al-S�rah al-Nabawiyah, satu di antara biografi tentang Nabi Muhammad yang cukup otoritatif.
Kalau zaman sekarang, Abdul Muthallib mungkin akan dituduh egois, pasif, dan "materialistik", hanya peduli pada hartanya, tapi tidak peduli pada agamanya. Namun, di balik sikap itu tersimpan iman Abdul Muthallib yang kuat: bahwa Allah yang menjaga Ka'bah tidak tidur dan akan bertindak. Benar. Setelah itu, datanglah segerombolan burung Ababil yang membawa batu dari neraka dan melempari pasukan gajah Abrahah hingga hancur lebur. Tahun itu dikenal sebagai Tahun Gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad.
l l l
SAAT ini kita sedang menghadapi uji materi di Mahkamah Konstitusi terhadap sebuah undang-undang yang niatnya melindungi agama dari penodaan, yakni Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama. Namun niat tak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. UU ini dalam kehidupan sosial malah ikut menyulut konflik. Contohnya dari rekomendasi penting Institute for Culture and Religion Studies (INCReS) dalam "Laporan Kebebasan Beragama 2009 di Jawa Barat", yang mendesak pencabutan UU itu. Secara normatif UU tersebut dianggap "tidak selaras dengan semangat konstitusi yang dengan tegas menjamin hak kebebasan beragama dan/atau berkeyakinan". Melalui UU ini juga ditetapkan pasal 156-a dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur ancaman sanksi pidana bagi yang dituduh sebagai "penoda agama".
Melalui temuan INCReS, sepanjang 2009 di Jawa Barat terjadi 10 kasus pelanggaran kebebasan beragama yang dilakukan oleh aparatus negara, dan 35 kasus intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama dan keyakinan yang dilakukan oleh organisasi massa garis keras yang memakai "jubah Islam". Dalam aksi-aksi kekerasan ditemukan, UU itu dipakai sebagai dalih pembenar untuk menyesatkan, menyapu, hingga menangkap individu dan kelompok yang dituding menodai agama.
Pertanyaannya: mengapa UU ini dianggap mendesak dan darurat untuk dicabut? Benarkah agama tidak butuh aturan yang melindunginya? Dari temuan yang sangat umum kita mencermati tindakan-tindakan pelanggaran terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan malah berlindung di balik UU ini. Karena itu, dugaan yang mengatakan pencabutan UU ini akan menyebabkan konflik horizontal dalam masyarakat merupakan kekeliruan yang berlawanan dengan fakta sosial. Yang terjadi malah sebaliknya, selama ini konflik horizontal yang beraroma agama menggunakan UU ini-khususnya pasal 156-a-sebagai dalih melakukan penyesatan, kekerasan, penangkapan, dan penghakiman sepihak. Logika sederhananya: kalau tidak ingin konflik horizontal terus terjadi dalam masyarakat, UU Nomor 1/PNPS/1965 dan pasal 156-a itu harus dihapus (mans�kh).
Bagaimana UU tersebut bekerja sebagai pemicu, dalih, dan akhirnya vonis yang mengkriminalkan keyakinan? Pertama, dimulai dengan munculnya dugaan pada kelompok yang memiliki ajaran yang dianggap bertentangan dengan "keyakinan umum". Kelompok ini baik yang ada sejak dulu atau benar-benar baru. Contohnya, Syiah dan Ahmadiyah, yang masuk kelompok lama, sedangkan Lia Eden masuk kategori baru. Nah, dengan memakai UU dan pasal 156-a itu, kelompok tersebut dibidik dari sudut penodaan, bukan melalui sudut perbedaan. Keberadaan kelompok "tersangka" ini tidak lagi dipahami sebagai pihak yang keyakinannya dijamin, tapi bisa diancam sanksi pidana. Inilah tahap pertama bagaimana UU tersebut menyuguhkan cara pandang yang keliru dalam melihat perbedaan ajaran yang sebenarnya lumrah terjadi.
Tahap kedua: sebuah kelompok yang telah diidentifikasi sebagai "kelompok kriminal" dari perspektif keyakinan akan dimusuhi dan diupayakan untuk dilenyapkan. Tahap kedua ini adalah sebuah reaksi tindakan yang ditempuh melalui dua cara: pertama, ormas-ormas garis keras akan menindak langsung kelompok itu. Tindakan ini ilegal dan kriminal, tapi mereka selalu memakai dalih UU yang mengkriminalkan kelompok tersebut. Tak jarang ditambah fatwa untuk memperkuat dugaan kriminal. Kelompok "tersangka" pun dihajar dengan aturan negara dan fatwa agama.
Cara kedua: ormas garis keras tidak melakukan tindakan langsung, tapi menekan aparat pemerintah untuk melakukan tindakan kekerasan. Dalam konteks ini, aparat negara biasanya mengambil sikap yang paling "aman" dan "nyaman", karena ormas garis keras biasanya mengancam akan melakukan tindakan langsung kalau aparat tidak turun. Maka, dalam dugaan aparat, lebih baik menciduk kelompok yang kecil dan lemah daripada melawan ormas yang biasanya datang bergerombol dan tak ragu melakukan kekerasan. Di sini aparat negara bukan pelindung bagi warga negara dan kelompok minoritas, melainkan aparatus ormas garis keras yang mengatasnamakan mayoritas. Maka jangan heran kalau aparat negara menempati posisi tertinggi dalam pelanggaran kebebasan beragama, seperti yang dilaporkan INCReS.
Tahap ketiga: perbedaan agama dan keyakinan itu diseret ke pengadilan, dan ujung-ujungnya vonis pidana bagi terdakwa. Kerap kali saksi ahli yang dihadirkan ke pengadilan adalah mereka yang juga memulai, melaporkan, atau terlibat dalam tindakan kekerasan terhadap kelompok yang dianggap menyimpang itu.
Saya masih terheran-heran dengan tuntutan bahwa agama harus dilindungi oleh sebuah peraturan dari negara. Bagi saya, tuntutan ini bersumber dari iman yang krisis dan penuh dengan ketakutan: agamanya takut ternoda, rusak, atau bahkan punah. Tuntutan ini berlawanan dengan klaim absolut mereka tentang agama mereka, yang katanya sempurna, abadi, dan tak lekang oleh zaman. Mereka mengakui agama mereka sempurna, tapi tanpa sadar mengakui pula agama mereka bisa dinodai dan dikurangi.
Saya adalah bagian dari umat yang menegaskan bahwa agama, kepercayaan, dan keimanan yang kami miliki tidak akan bisa dinodai oleh siapa pun dan kapan pun. Apalagi agama yang dimaksudkan adalah agama yang telah berusia tak hanya ratusan tapi ribuan tahun, agama yang telah matang, dewasa, dan kenyal menghadapi tantangan.
Saya juga tak menafikan kelompok atau individu seperti cerita Abrahah, yang ingin "memusnahkan" agama. Kadang mereka memiliki alasan yang bisa dimengerti: menurut mereka, sikap permusuhan pada agama muncul karena agama sering disalahgunakan untuk menebarkan kebencian dan kekerasan. Kalau boleh, saya ingin mengambil tamsil agama dengan lautan. Apakah seseorang atau kelompok yang ingin mengencingi lautan berhasil menodai kemurnian lautan?
Untuk menyikapi kelompok atau individu yang berbuat jahat dengan membawa agama, yang bisa ditindak adalah perbuatan mereka, bukan keyakinan mereka. Seseorang yang menyembah batu, atau meyakini barang pusaka atau jimat bertuah, tidak bisa dikriminalkan karena keyakinan itu. Tapi mereka bisa ditangkap kalau memakai batu sembahan, pusaka, dan jimat mereka untuk mencelakakan orang lain.
Bagi saya, episode yang pernah "menodai" lautan dengan "limbah"-nya yang terbesar adalah modernisme. Periode ini dimulai dengan sikap ingkar terhadap apa yang berasal dari (doktrin) agama, yang akhirnya bisa membuktikan bahwa kemajuan bisa lahir tanpa campur tangan formal agama. Pertanyaannya: apakah agama lantas mati? Justru agama berkembang sangat pesat. Agama sebagai spirit tetap berfungsi seperti ulasan Max Weber, yang menyatakan pengaruh etika Protestan dalam kapitalisme, tapi bukan doktrin formal Protestan. Di Amerika kita sering memperoleh laporan tentang kebangkitan Kristen. Dan akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21 sering dipahami sebagai kebangkitan semua agama di dunia, dari agama-agama besar hingga ajaran spiritual.
Agama juga bukan seperti satwa liar yang hutannya telah punah sehingga harus dilindungi. Bukan pula seperti candi, kuil, dan bangunan kuno lainnya yang kehilangan daya sihirnya sehingga tidak dipedulikan, maka perlu dirawat secara khusus dalam "cagar alam" dan "cagar budaya" yang dijamin oleh peraturan. Padahal agama terus hadir dalam kehidupan ini, lembaga-lembaga keagamaan: pendidikan, pesantren, syiar, penerbitan, ormas, film, musik, dan lain-lain semakin tumbuh dan tidak menunjukkan perlunya sebuah "cagar agama". Yang perlu diwaspadai sebenarnya bukan agama yang bisa dinodai atau akan punah, tapi "overdosis" agama yang sering dibawa pada penyebaran kebencian, kekerasan, dan terorisme.
Dari penelusuran sejarah ini bisa disimpulkan, agama tak bisa dinodai dan dibunuh. Rahasia ketahanan agama ini bukan karena ia dijaga oleh undang-undang yang memberikan sanksi pidana kepada kelompok yang dianggap menodainya, melainkan karena diberikan kebebasan kepada umat untuk mengembangkan agamanya dalam pemikiran, perayaan, dan kebudayaan sehingga agama terus langgeng. Agama tak akan punah selama ia mampu bersanding dengan kemaslahatan manusia.
Karena itu, bagi saya, peraturan yang beriktikad-meskipun baik-ingin melindungi agama merupakan kesia-siaan. Bahkan peraturan ini telah dijadikan dalih pelanggaran. Peraturan itu dijadikan pembenaran bagi seorang saudara untuk menikam saudaranya yang lain hanya gara-gara perbedaan agama. Seharusnya peraturan itu lebih ditujukan pada perlindungan manusia yang menganut agama, bukan pada agama yang menurut keyakinan pemeluknya telah dijamin keabadiannya. Seperti Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad, yang menyerahkan urusan agama (Ka'bah sebagai Bait Allah) kepada Pemiliknya.
Rabu, 17 Maret 2010
Manusia Tertua di Dunia
Inilah usia manusia tertua yang pernah tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama.
1. Metusalah (969 tahun) - Kejadian 5:27
2. Yared (962 tahun) - Kejadian 5:20
3. Nuh (950 tahun) - Kejadian 9:29
4. Adam (930 tahun) - Kejadian 5:5
5. Set (912 tahun) - Kejadian 5:8
6. Kenan (910 tahun) - Kejadian 5:14
7. Enos (905 tahun) - Kejadian 5:11
8. Mahalaleel (895tahun) - Kejadian 5 :17
1. Metusalah (969 tahun) - Kejadian 5:27
2. Yared (962 tahun) - Kejadian 5:20
3. Nuh (950 tahun) - Kejadian 9:29
4. Adam (930 tahun) - Kejadian 5:5
5. Set (912 tahun) - Kejadian 5:8
6. Kenan (910 tahun) - Kejadian 5:14
7. Enos (905 tahun) - Kejadian 5:11
8. Mahalaleel (895tahun) - Kejadian 5 :17
Kamis, 11 Maret 2010
Mata-Hari, Pelacur terhebat sepanjang masa (4) - selesai
Pada 13 Pebruari Albert Priole, komandan polisi mengetuk pintu kamar hotel,tempat Margarethe menginap. Polisi itu membawa surat perintah penahanan dantertulis: Madame Zelle, Margarethe dengan nama Mata Hari, beragama kristen protestan, lahir di Belanda 7 Agustus 1876, tinggi 1,75, bisa baca tulis telah dinyatakan terdakwa sebagai spion yang menyebarkan berita ke musuh.
Margarethe resmi menjadi tahanan di Palais de Justice. dibawah pengawasan kapten Pierre Bouchardon. Kapten Bouchardon terus mempelajari dokumen yang dikirim dari kantor Ladoux.
Margarethe dikeluarkan dari sel untuk dilakukan pemeriksaan. Kesibukan pemeriksaan makin ditingkatkan, kasus per kasus yang telah terlewati dipertanyakan langsung pada Margarethe. Hasil pemeriksaan, sangat diragukan loyalitas Margarethe sebagai spion Perancis. Dia dituduh berbohong dan jelas terbukti sebagai spion Jerman. Margarethe mengelak dan justru mengaku bekerja untuk Ladoux. Buktinya dia sudah mengirim berita penting dari Madrid. Dalam pemeriksaan Ladoux tidak ada di tempat. Margarethe meminta menghadirkan Ladoux. Pada 10 April pihak kepolisian menyerahkan bukti pemeriksaan pada zat-zat kimia yang dipakai Margarethe. Sebuah botol tinta bertuliskan: Beracun, ternyata sebuah tinta tanpa warna itu dari bahan kwalitas terbaik. Ketika temuan polisi itu diutarakan Margarethe oleh Bouchardon. Margarethe mengelak, dia mengaku memesan di Spanyol.
Pada 25 Juli 1917 sebuah sidang tertutup digelar dengan penjagaan ekstra ketat. Beberapa saksi dan pejabat militer perang hadir. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodorkan delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu pengadilan perang Perancis menjatuhkan hukuman mati pada Margarethe.
Pelaksanaan hukuman mati pada Senin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, bagian timur kota Paris. 12 resimen artileri siap dengan senapan di sebuah pagi yang dingin dan berkabut.
Sedang usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun. Sehari setelah pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, berbagai media internasional memberitakan. The Time memberitakan penari Mata Hari telah dihukum tembak. Daily Express, juga melangsir berita dengan judul Spion cantik Mata Hari dihukum mati. New York Times menulis, penari dan petualang Mata Hari dijatuhi hukuman mati. Dia diambil dari penjara St.Lazare dan dibawa ke Vincennes untuk dihadapkan regu tembak.
Le Figoro mengabarkan, spion Mata Hari dihukum mati dan mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akibat pendarahan di otak.
.. selesai ..
Mata-Hari, Pelacur terhebat sepanjang masa (3)
Pada suatu kesempatan Margarethe mengungkapkan: Suatu malam bulan Mei 1916 di Den Haag aku didatangi seseorang yang bernama Karl Kramer. Kramer memberitahu tentang hubungannya dengan Perancis. Dan dia tanya aku, apakah kiranya aku bisa sedikit berbuat yang bisa membuat senang bangsa Jerman? Margarethe menirukan tawaran Kramer: Kalau kamu bisa bantu, aku gembira dan aku sediakan bayaran sebanyak 20.000 Franc.
Mendengar tawaran uang, Margarethe terpikat. Namun dia butuh beberapa hari untuk mempertimbangkan. Bagi Margarethe tidaklah teramat sulit, karena dia sudah terbiasa berbuat naif dan menjalani liku-liku dengan berbagai kalangan elit. Margarethe mengajukan usulan, seandainya dirinya bisa berbuat lebih, bisakah ditambah bayarannya? Dan Kramer menyetujui.
Akhirnya dia menulis surat jawaban ke Kramer, kalau dirinya sanggup menerima tawaran. Betapa senang Kramer, dia cepat-cepat mendatangi rumah Margarethe sambil membawa uang kontan 20.000 Franc. Kramer juga membawa peralatan tulis rahasia berupa tiga botol tinta. Dua botol diantaranya berupa tinta tanpa warna. Sedang sebuah botol berisi tinta berwarna biru kehijauan. Cairan di botol pertama berfungsi untuk melembabkan kertas. Cairan botol kedua untuk menulis berita dan cairan di botol ketiga untuk menghapus. Margarethe tampak heran dengan peralatan rahasia itu. Tapi dia mempercayai Kramer. Tak hanya di situ persiapan sebagai agen ata-mata. Namun ada sandi khusus yang harus dipakai Margarethe yaitu sandi nomor: H21. Sandi nomor itu harus ditulis sebagai tanda tangan. Dan semua beritaharus dikirim ke alamat Hotel de l`Europe di Amsterdam.
Lalu Margarethe dikirim ke Paris, untuk mengirim berita-berita yang penting. Tapi Margarethe tak tahu apa-apa tentang tugas yang akan dilakukan. Memang antara dunia spionase dan seks sangat erat. Orang-orang yang penting posisinya dan intelek sekalipun tetap akan bertekuk lutut di atas ranjang. Di Paris petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia bernama Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40 itu, pemuda Vadime bercinta di kamar Grand Hotel.
Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berujar, selama hidupnya dia hanya bercinta dengan para perwira. Suatu hari sebuah musibah menimpa pada Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diperlukan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di kantor itu juga dipakai sebagai kantor agen spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat.
Makin diketahui, kalau Ladoux sebenarnya ketua spion Perancis. Margarethe ditawari, untuk bekerja sebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa gaji yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. Satu Juta Franc, jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya , karena gaji sejumlah itu sama dengan gaji untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mencurigai, kalau Margarethe sebenarnya adalah spion untuk Jerman. Mendengar permintaan gaji yang kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe mencoba meyakinkan lagi. Kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman bernama Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. Karena memang dia orang penting Jerman.
Dari sini Ladoux makin yakin, kalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.
...................... bersambung .............
Mata-Hari, Pelacur terhebat sepanjang masa (2)
Spion(Double Eye Spy)
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan internasional di seluruh Eropa. Perang akan terancam meletus. Pada awal Agustus 1914 diumumkan perang telah meletus.
Orang-orang di jalan marah dan beringas. Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yang berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi Brasserie Viennoise dan Caf Klein. Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau manusia pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, kenapa Margarethe mondar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, namun banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting.
Akhir bulan Juli 1914 Margarethe menjalin hubungan dengan seorang komandan polisi bernama Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana kaisar.
Semboyan Deutschland ber Alles mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena sasaran aksi anti orang asing. Suasana yang mencekam itu juga mengkhawatirkan keselamatan Margarethe. Kini dia sudah berusia 38 tahun. Dia punya akal ke Paris lewat Zrich, Switzerland. Namun pada 7 Agustus dia sudah berada di Berlin lagi.
Bukan saja dia tanpa kawan di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda tua yang baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Agustus dia meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tanggal 16 Agustus dia tiba di Amsterdam. Pada 14 Desember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yang sudah tersohor itu. Tak begitu lama Margarethe menemukan pasangan barunya, Baron Edouard van der Capellen.
Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan kavaleri. Dia berusia 52 tahun. Dalam tempo sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan prostitusi.
Pada 13 Maret 1915 Margarethe membaca koran Belanda yang memuat fotonya dengan judul Madame Mata Hari. Dia sedih meratapi masa jayanya yang sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron seperti terkekang. Pada Agustus 1915 Margarethe berulang tahun yang ke 39 tahun.
Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, karena Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe mencoba kabur dan akan kembali ke Paris lagi. Jalan yang dia tempuh harus berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggris, selat Biskaya ke Vigo,Spanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Desember 1915 menjadi sorotan agen Prancis. Margarethe mengenakan pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi dia merasa pernah menjadi bintang di Paris.
.................... bersambung .................
Mata-Hari, Pelacur terhebat sepanjang masa (1)
Seorang wanita Belanda di era PD-I menjadi penari orientalis dan spion politik untuk pemerintah Jerman dan Perancis. Gadis Belanda itu bernama Margarethe Gertruide Zelle. Dia lahir di Leeuwarden, Belanda. Ketika dia berusia 19 tahun, tepatnya tahun 1895, dia dinikahi oleh Rudolph Macleod,(39 tahun). Rudolph adalah perwira tinggi militer Belanda yang bertugas di Indonesia. Pasangan baru menikah ini diboyong ke Indonesia, pertama kali tinggal di Semarang.
Margarethe senang dengan rumah di Semarang yang nyaman. Tak berapa lama lagi, suaminya harus berpindah tugas ke Malang, di daerah Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian Serimpi yang ditarikan di candi-candi tersebut. Kemudian Suaminya dipindah tugaskan ke Sumatra.
Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatra. Tahun 1902 pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak perempuannya.
Masih tahun yang sama Margarethe pergi ke Paris, dengan tujuan akan belajar balet yang kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah klab malam. Dia mencoba menari sebisanya bergaya tarian Jawa. Apalagi dia dulu sering melihat tari Serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun dia variasi sendiri. Bahkan Margarethe sebenarnya tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran.
Tarian dia membuat gebrakan baru. Bukan saja dia pandai menari orientalis di mata orang Paris, namun dia juga menari dengan eksotik dan telanjang. Dalam waktu singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropa lainnya terkesima dengan penampilannya.
Ketika banyak media menyorotnya. Dia mengaku kalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi. Kebohongannya membuat publik makin yakin. Apalagi setelah nama yang sebenarnya sebagai istri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI.
Nama itu kedengarannya sangat asing di telinga orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan. Tapi bibir dan matanya tampak bukan seperti orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.
Seorang yang dibuat tergila-gila pertama kali adalah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun cuci dari kota Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah mendirikan museum yang mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan dia juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yang didapat Mata Hari saat itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melakukan pertunjukan sebanyak 35 kali. Penonton yang terbanyak di Olympia-Theater, dia mendapat bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping dia pentas di pertunjukan umum, juga melayani pentas privat. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan kini cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan bangsawan yang menjadi pacarnya, tapi termasuk para perwira tinggi. Dia hidup dengan kemewahan.
Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang pengacara bernama Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menghubungkan dengan sebuah agen yang profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet lalu menghubungkan dengan agen teater terkenal bernama Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis yaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yang juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu lama untuk memperkenalkan kebolehannya ke publik. Apalagi ada dukungan dari seorang bangsawan setempat. Kemudian dia pergi lagi ke Wina, karena dia mendapatkan surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota kekaisaran Austria-Hongaria. Publik di Wina luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis bervariasi, dia berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. Kemolekannya seperti seekor binatang liar.
Seorang perempuan cantik yang mirip dewi aneh, berkulit gelap mirip gelapnya malam. Sebuah media mewartakan, kalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi wajahnya seperti gadis muda. Bahkan di bulan Desember di Belanda terbit sebuah buku berjudul:The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter. Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, kalau itu tulisan ayahnya sendiri. Dia percaya, kalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, karena kepopulerannya.
............... bersambung ...............
Rabu, 10 Maret 2010
Sungai bawah laut ?
Senin, 08 Maret 2010
Ismael, Allah kiranya mendengar ...
Anak Abraham dari Hagar, hamba perempuan Sarai, perempuan Mesir. Setelah Sarai menyadari dirinya mandul. dia memberikan Hagar, budak perempuan ini kepada Abraham untuk memperoleh anak bagi dia dari Hagar (Kejadian 16:2).
Setelah Hagar mengandung oleh Abraham. Hagar mulai memandang rendah Sarai (Kejadian 16:4). Sarai mengusirnya kemudian dari rumah dengan izin Abraham kendati enggan (Kejadian 16:5). Dalam perjalanan ke Mesir. Hagar dijumpai oleh malaikat YHVH yang menyuruhnya kembali dan menyerah kepada Santi. Malaikat juga menjanjikan keturunan yang berlipatganda melalui anaknya, lsmael, yang akan menjadi 'seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar' (Kejadian 10:12: bandingkan Ayub 39:5-8). Ismael lahir setelah Abraham berusia 86 thn. yakni 11 tahun sesudah sampai di Kanaan (Kejadian 16:15, 16: bandingkan 12:4).
Pada usia 13 tahun Ismael disunat bersama bapaknya menuruti perintah Allah (Kejadian 17:25.26). Pada hari yang sama, Allah menjanjikan pula kepada Abraham seorang anak dari Sarai yang nantinya dinamai Ishak. Bahwa Abraham telah lama memusatkan pengharapannya pada Ismael, terungkap dari seruannya. 'Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu" (Kejadian 17:28) Maka Allah meyakinkan Abraham bahwa Ismael akan memperanakkan 12 raja dan akan menjadi bangsa yg besar (Kejadian 17 :20: bandingkan 16:11, 25:13-16).
Setelah Ismael berusia 16 tahun, suatu perayaan besar diadakan pada hari Ishak, bayi itu, disapih (Kejadian 21:8). Ismael 'menertawakannya'(Kejadian 21 :9).
----
Sarai menuntut agar keduanya, Ismael dan Hagar, diusir dari rumah dan Abraham memberikan izin, tapi hanya sesudah Tuhan mengungkapkan kepadanya bahwa 'yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak' (Kejadian 21: 12).
Setelah pengusiran, Hagar dan Ismael hampir mati kehausan di padang gurun Bersyeba. sampai malaikat YHVH menunjukkan kepada Hagar sebuah sumur sebagai jawaban atas ratapan Ismael. Ismael menjadi seorang pemanah. mengawini seorang wanita Mesir dan memperanakkan 12 orang raja (25: 12-16). Esau mengawini seorang dari putrinya (21:9: 36:3. 10).
Ismael juga menemani Ishak waktu penguburan ayah mereka dan meninggal pada usia 137 thn (Kejadian25:9. 17).
-------
Anak dari Netanya bin Elisama dari keturunan raja Yehuda yang membunuh Gedalva 2 bulan sesudah keruntuhan Yerusalem pada thn 586 SM. Sewaktu Gedalya diangkat oleh Nehukadnezar menjadi gubernur Yehuda, banyak orang Yehuda bergabung kepadanya di Mizpa mencari keselamatan. Tapi di antara mereka ada Ismael, yang cemburu terhadap Gedalya dan bersedia dibayar oleh Baalis, raja dari Amon, berkomplot membunuh gubernur. Meskipun diperingatkan beberapa kali oleh Yohanan, Gedalya tetap percaya kepada Ismael. Gedalya mengundang Ismael dan 10 orang pengikutnya menghadiri jamuan besar. Ismael dan pengikutnya menggunakan kesempatan ini membunuh Gedalya dan orang Yehuda lainnya di Mizpa, Dua hari kemudian mereka membunuh serombongan musafir Yehuda dan berangkat menuju Arnon dengan membawa banyak sandera. termasuk Yeremia dan anak-anak perempuan raja. Mereka dikejar oleh Yohanan dan kepala-kepala pasukan lainnya dan dilumpuhkan di Gibeon. Semua sandera diselamatkan, tapi Ismael dan seorang pengikutnya berhasil lolos. lari ke Aman (2 Raja 25:25: Yeremia 40:7- 41:18).
-------------
Kejadian 16:12b bahwa Ismael "akan menentang semua saudaranya" bukanlah dimaksud menentang Israel, karena Israel bukanlah saudara Ismael. Ismael dan Ishak memang bersaudara karena berasal dari ayah yang sama, dan memang ada suatu saat Ismael 'mengganggu' Ishak sebagaimana tercatat dalam Kejadian 21:8-10 yang mengakibatkan Ismael dan Hagar diusir dari rumah Abraham.
Ungkapan "saudara" di sana berarti sesama keturunan Ismael, sama halnya dengan ungkapan "saudara Israel" adalah suku-suku bani Israel.
Keturunan Ishak bukan hanya bangsa Yahudi, tetapi ada bangsa lain yaitu bangsa Edom (Irak?).
Ishak mempunyai dua orang anak, Yakub (Israel) dan Esau. Kedudukan Israel terhadap Ismael adalah keponakan dan paman, bukan kakak-adik.
Kedudukan Ismael ini dalam Alkitab penting untuk disampaikan karena ada kesalah-pahaman dari antara agama-agama Semitik tentang gelar "Keledai Liar". Bagaimanapun Ismael adalah putera Abraham dan mendapat berkat Abraham pula, termasuk keturunannya.
Alkitab dengan jelas menulis meskipun Abraham mempunyai banyak putra lain, namun hanya Ismael dan Ishak yang mendapat keistimewaan sebagai sebutan putra.
Meski ada banyak yang menafsirkan Ishak dan Ismael kemudian menjadi seteru. Anggapan itu tidak benar, sebab kedua saudara itu sama-sama memakamkan ayah mereka (lihat Kejadian 25:9). Dalam budaya Yahudi itu merupakan tanda keakraban saudara sedarah.
------------
Sejarah Yahudi menunjukkan bahwa keturunan Ismail pada umumnya diterima baik sebagai bagian anak bangsa, namun ada saja orang berprasangka.
Kitab Kejadian secara eksplisit menghargai Ismael dalam sejarah Yahudi, dengan mencatat bahwa Ismael disunat bersamaan dengan Abraham (lihat Kejadian 17:26). Alkitab juga mencatat bahwa janji berkat Allah berlaku atas Ismail (lihat Kejadian 21:3) lalu menyimpulkan pasal itu dengan ungkapan "Allah menyertai anak ini" (Kejadian 21:20).
Orang kalangan kita umumnya menghindari menamakan anak laki-laki baru lahir dengan nama Ismael, hal ini terkait dengan pengertian yang kurang benar diatas. Padahal nama Ismael mempunyai arti yang bagus, artinya "Allah Kiranya Mendengar" (Kejadian 16:11).
sumber : sarapanpagi.org
Rabu, 03 Maret 2010
Anak saya-pun masuk Kristen
Ini cerita Gus Dur tentang seorang Kyai dari Klaten, Jawa Tengah. Menurut Gus Dur, Kyai kita ini punya tiga orang anak lelaki. Dua di antaranya sudah "jadi orang", keadaan ekonomi mereka cukup lumayan, kehidupan agamanya pun baik-baik saja. Pak Kyai sangat bersyukur karenanya. Tapi CELAKA!! Yang paling kecil pindah ke agama Kristen!
Itulah yang membuat sang Kyai sangat sedih. Setiap malam dia berdoa sambil menangis.
"Ya Tuhan... Aku bersyukur karena kedua anakku hidup dengan baik dan sejahtera. Ibadah mereka pun banyak. Tapi mengapa anak bungsuku masuk Kristen? Aku sungguh prihatin tentang dirinya. Mohon, ya Tuhan, tunjukkan dia jalan yang lurus...."
Setiap malam sang Kiayi memanjatkan doa seperti itu....
Pada suatu malam, dia mendengar suara jawaban dari Tuhan: "Kamu punya tiga anak, yang dua sudah baik, tapi hanya karena yang seorang pindah ke agama Kristen kamu jadi begitu sedih".
"Lihatlah saya," kata Tuhan lagi, "Anak saya cuma satu-satunya, masuk Kristen pula..."
"???"
Itulah yang membuat sang Kyai sangat sedih. Setiap malam dia berdoa sambil menangis.
"Ya Tuhan... Aku bersyukur karena kedua anakku hidup dengan baik dan sejahtera. Ibadah mereka pun banyak. Tapi mengapa anak bungsuku masuk Kristen? Aku sungguh prihatin tentang dirinya. Mohon, ya Tuhan, tunjukkan dia jalan yang lurus...."
Setiap malam sang Kiayi memanjatkan doa seperti itu....
Pada suatu malam, dia mendengar suara jawaban dari Tuhan: "Kamu punya tiga anak, yang dua sudah baik, tapi hanya karena yang seorang pindah ke agama Kristen kamu jadi begitu sedih".
"Lihatlah saya," kata Tuhan lagi, "Anak saya cuma satu-satunya, masuk Kristen pula..."
"???"
Selasa, 02 Maret 2010
Taman Kanak-Kanak itu Ricuh !!!!
Jakarta, 02 Maret 2010, 12.10
Rapat Paripurna DPR yang mengagendakan mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/3/2010), berlangsung ricuh.
Seusai Ketua Pansus Idrus Marham menyampaikan laporan akhir Pansus, rapat paripurna dihujani interupsi. Anggota Pansus dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo dan Akbar Faisar dari Fraksi Hanura, mendesak pimpinan sidang untuk memutuskan sikap akhir Pansus segera. Seperti diketahui, dalam pleno Pansus yang berlangsung hingga tengah malam tadi, muncul dua opsi keputusan akhir.
Opsi pertama, menyatakan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) tidak bermasalah karena dilakukan untuk mencegah krisis dan sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.
Opsi kedua, pemberian FPJP dan PMS bermasalah. Otoritas moneter dan fiskal melakukan penyimpangan kebijakan karena penggelontoran dana tidak didasarkan pada aturan hukum yang berlaku.
Namun, Ketua DPR Marzuki Alie tidak mengiyakan usulan tersebut. Sementara itu, puluhan anggota Dewan mengacungkan jari untuk interupsi. Namun, mikrofon tidak berfungsi. Hal ini menyulut emosi. Sejumlah anggota Dewan terpaksa maju dan berteriak-teriak. Sebagian lagi tampak membanting-banting mikrofon yang tidak berfungsi.
Tak lama kemudian, Marzuki Alie mengetuk palu sebagai tanda rapat paripurna siang ini selesai. Tak ayal, ketukan palu ini membuat rapat paripurna tampak kisruh. Sejumlah anggota Dewan yang tidak puas berteriak-teriak dan maju ke meja pimpinan sidang.
(Tidak Ada Judul) - Inayah Wahid - Untuk Abdurahman Wahid
Bapak, boleh aku minta tolong diajari
bantu aku memahami
Karena bapak kan katanya
Presiden paling pandai seantero negeri
intelektualitasnya sudah diakui
mbok ya, anakmu ini diajari
memahami semua ironi ini
Pak, kenapa mereka dulu selalu menghina
mengatakan, presiden kok buta
Padahal sebenarnya, bapaklah yang mengajari kita
untuk melihat manusia seutuhnya
tanpa embel2 jabatan atau harta
suku atau agama
tak peduli bagaimana rupanya
Pak, mengapa dulu mereka melecehkan
mengatakan presiden kok tidak bisa jalan sendirian
Padahal Bapak yang menuntun mereka
Rakyat Indonesia menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya
Pak bisa tolong jelaskan
kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan
malah justru menjatuhkan
menggigit tangan orang yang memberi makan
apa mereka telah lupa akan apa yang bapak ajarkan
bahwa hidup adalah pengabdian
yang tak boleh meminta harta atau jabatan
Pak, tolong beri kami jawaban
lewat mimpi atau pertanda
lewat simbol juga akan kudengar
Pak, tolong pak
tolong aku diajari
Langganan:
Postingan (Atom)