JOAN JOAN GERALD

Selasa, 18 Mei 2010

Orang Indonesia di belakang LIN DAN

Salah satu orang penting di balik keberhasilan China menguasai bulu tangkis dunia adalah Tong Sin Fu alias Tang Xianhu. Pelatih kelahiran Lampung itu pernah memoles generasi emas bulu tangkis Indonesia. Dia terpaksa kembali ke China karena permohonannya menjadi WNI (warga negara Indonesia) ditolak.

========================================================

PRIA renta itu hampir selalu berada di tepi lapangan setiap kali Lin Dan tampil pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009. Kepalanya terbungkus topi dan sebuah tas diselempangkan di pundak. Lin Dan, pebulutangkis tunggal pria andalan China, selalu menoleh ke arah pria itu setiap kali lawan berhasil menerobos pertahanannya. Menunggu instruksi.

Lin Dan, yang sejatinya hanya diunggulkan di peringkat kelima, akhirnya berhasil menjadi juara dunia di Gachibowli Indoor Stadium, Hyderabad, 16 Agustus 2009 lalu. Keberhasilannya, antara lain, berkat instruksi pria tua yang tak lain adalah Tong Sin Fu, pelatih tim nasional (timnas) China.

Itu adalah gelar juara dunia ketiga bagi pemain berjuluk Super Dan tersebut, setelah memenanginya pada 2006 dan 2007. Di partai final, Tong tak tampak di pinggir lapangan lagi. Alasannya, mungkin, partai tersebut mempertemukan sesama pemain China, Lin Dan vs Chen Jin.

Tong adalah sosok yang sangat berjasa bagi kemajuan bulu tangkis di negeri terpadat di dunia itu. Sentuhan magisnya membuat China kembali menjadi raksasa bulu tangkis di era modern ini. Para pemain China, dalam beberapa tahun terakhir, memang bermain dengan kemampuan jauh di atas pemain mana pun. Tak heran, pada kejuaraan di India itu timnas China hanya kehilangan gelar ganda campuran. Empat nomor lain dikuasai pemain China. Bahkan, tiga partai final berlangsung antarpemain China.

Sebaliknya, Indonesia terpuruk. Nova Widianto/Liliyana Natsir, satu-satunya wakil di final kerjuaraan itu, dikalahkan duet Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl.

Melatih pemain China, kata Tong, tidak terlalu susah. Sebab, mereka sangat berbakat. "Di China, para pemandu bakat telah menyediakan pemain-pemain bagus. Kami, para pelatih, tinggal memoles," katanya dengan bahasa Indonesia yang masih fasih.

Tong memang lahir dan besar di Indonesia. Tepatnya di Teluk Betung, Lampung, 13 Maret 1942. "Di China, nama saya sering disebut Tang Xianhu atau Tang Hsien Hu, bergantung dialek daerah masing-masing. Tapi, orang tua saya memberi nama Tong Sin Fu," paparnya kala ditemui di sela Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2009. Ketika masih menangani timnas Indonesia, dia punya nama Fuad Nurhadi.

Tak kurang dari tiga puluh tahun dia menjadi pelatih bulu tangkis. Kepelatihannya berawal pada akhir 1979, saat dia mulai gantung raket. Selama enam tahun Tong memoles para pemain wanita China. Di antaranya Li Lingwei dan Han Aiping. Dua pebulu tangkis andalan China di era 1980-an.

Kemudian pada 1986 Tong melatih di Indonesia. Awalnya, dia tidak menangani pemain Pelatnas Cipayung. Dia melatih di klub Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie. Ketika itu dia dikontrak USD 750 per bulan. Setelah itu Tong ditarik untuk menangani pebulu tangkis yang ditempa di Pelatnas Cipayung.

Ketika itu sejumlah pemain legendaris nasional masih di pelatnas. Seperti Liem Swie King di masa-masa akhirnya, Icuk Sugiarto, dan Hastomo Arbi. Kemudian, dia ikut membidani lahirnya para pemain generasi emas, seperti Alan Budikusuma, Ardi B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi.

Bahkan, Tong mengantarkan Alan meraih medali emas bulu tangkis di Olimpiade Barcelona 1992. Waktu itu Susi Susanti juga berhasil meraih emas sehingga dijuluki pengantin emas. "Para pemain Indonesia saat itu memang berbeda dengan yang ada sekarang," katanya.

"Secara kualitas mereka lebih baik. Selain itu, saya lihat mereka punya semangat dan kemauan keras untuk menjadi juara," lanjut pria 68 tahun itu. "Filosofi saya sebagai pelatih adalah bukan pelatih yang harus pandai, melainkan pemain sendiri. Tugas pelatih hanya membantu," sambungnya. Pemain terakhir Indonesia yang ditangani adalah Hendrawan yang juga sempat menyabet juara dunia.

Pada 1998 dia memutuskan kembali ke China setelah permohonannya menjadi warga negara Indonesia (WNI) ditolak. "Kenapa itu (penolakan menjadi WNI, Red) diungkit-ungkit lagi. Itu sudah cerita lama," kata pria yang kini menetap di Fuzhou tersebut. "Waktu itu saya sudah berusaha mati-matian untuk menjadi WNI, tapi tetap tidak dikabulkan. Apa mau dikata," katanya.

Dia hanya terdiam ketika ditanya apakah masih ingin menjadi WNI. "Saya cukup bahagia dengan posisi saya saat ini. Kalau toh bisa menjadi WNI, sekarang usia saya sudah lanjut," kata suami Li Qing itu, sembari sesekali membenarkan letak topinya.

Meski begitu, dia belum tahu kapan akan pensiun sebagai pelatih. "Saya menikmati peran saya sekarang. Selama saya masih kuat, saya akan terus melatih. Sebab, di usia ini kalau tidak ada kegiatan, malah tidak enak," paparnya.

Di China, Tong tak langsung melatih tim nasional, melainkan menjadi pelatih tim bulu tangkis Provinsi Fujian. Tak lama kemudian, dia melatih timnas Negeri Panda itu. Pada Olimpiade Sydney 2000, dia harus melihat anak didiknya, Xia Xuanze, menyerah di tangan Hendrawan yang pernah dilatihnya.

Namun, Hendrawan hanya meraih perak di Olimpiade itu setelah di final dikalahkan Ji Xinpeng, pemain lain China. Salah satu keberhasilan Hendrawan saat itu berkat arahan Tong Sin Fu. Sebaliknya, keberhasilan Ji Xinpeng mengalahkan Hendrawan "yang kini melatih tim Malaysia" juga berkat sentuhan Tong Sin Fu.

Setelah itu Tong ikut membidani lahirnya para pebulu tangkis andalan China saat ini. Misalnya, Lin Dan, Chen Jin, Bao Chunlai, dan ganda pria Cai Yun/Fu Haifeng. Nama-nama inilah yang beberapa tahun terakhir mendominasi peta persaingan bulu tangkis dunia. Bahkan, selain mengantarkan Lin Dan hat-trick juara dunia, dia berhasil mengantar Super Dan meraih medali emas Olimpiade Beijing tahun lalu.

Tong merupakan salah satu pemain junior Indonesia terbaik di era 1950-an. Pada 1960, dia pergi ke China bersama rekannya, Hou Chia Chang, asal Surabaya. "Saya meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi sambil bermain bulu tangkis," tutur bapak dua anak itu.

Dia meninggalkan orang tua dan tiga saudaranya, yang saat itu tinggal di daerah Pejompongan, Jakarta.

Di China karir bulu tangkis Tong Sin Fu melesat. Hanya dalam lima tahun dia sudah menjadi juara nasional. Gelar itu dikuasai sampai 1975. Hou Chia Cang juga berhasil. Mereka berdua dijuluki Raksasa China karena keperkasaannya.

Sayang, ketika itu pemerintah China tak mengizinkan atlet-atletnya mengikuti turnamen di Eropa atau di negara-negara yang tak sepaham. Akibatnya, nama mereka berdua tidak begitu dikenal secara internasional. Tapi, pers Barat yang mengendus keberadaan mereka menganggapnya sebagai kekuatan tersembunyi. Tong hanya tampil di Ganefo (Games of The New Emerging Forces) 1963 dan 1966. Dia menjadi juara tunggal pria.

Pada 1976, ketika rezim komunis China mulai terbuka dan mengizinkan atlet-atletnya bermain di luar negeri, Tong dan Hou mulai menunjukkan kemampuan. Bahkan, di sebuah laga ekshibisi, Tong berhasil menggilas pemain terbaik Eropa saat itu, Erland Kops, dengan skor sangat telak, 15-0, 15-0. Oleh pers Barat, Tong dijuluki The Thing.

Ketika itu dominasi tunggal pria dunia di tangan Rudy Hartono yang berhasil menjuarai All-England delapan kali. Tapi, Tong maupun Hou tidak sempat ditarungkan dengan jagoan Indonesia itu.

Tong adalah contoh mutiara berharga yang disia-siakan.

Jumat, 14 Mei 2010

Petugas Sensus digigit Anjing

Jakarta - 2 Orang petugas sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Selatan melakukan sensus penduduk di perumahan mewah di kawasan Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tak dinyana, 7 anjing pun menggigit mereka hinga mengalami luka parah.

"2 Petugas digigit 7 anjing saat mendata," ujar Kepala BPS Jaksel Danang Satria saat dihubungi wartawan, Selasa (12/5/2010).

2 Orang petugas itu, Saifullah dan Ahmad Basuki langsung dilarikan ke klinik terdekat untuk diobati karena takut ada penyakit rabies akibat gigitan anjing. "Kondisinya panas dingin, luka di kaki langsung dibawa ke klinik," katanya.

Koordinator lapangan Sri Sunarsih menambahkan, saat ini pemilik rumah masih dimintai keterangan oleh Lurah Grogol Utara perihal kejadian ini. Sejak kejadian belum ada niat dari pemilik rumah untuk bertanggung jawab. "Saat ini pemilik rumah tidak bertanggung jawab," tandasnya.

Seukur Cinta Untukmu ..

Wahai wajah yang selalu menemani tidur malamku,
mengapa percik darah di dadamu tidak pernah merendah?

Bila kututup mataku pada detik ini,
tahukah kau hanya senyummu yang bersemayam disana,
tahukah kau hanya tatapanmu yang terlihat disana,
tahukah kau hanya deru nafasmu yang terpeta disana?

Dikau pemilik cinta yang kuagungkan atas nama Tuhan,
titik demi titik garis hidupku adalah demimu dan raga kita,
rentang tangan yang kubentangkan adalah batas kepalku,
selebihnya adalah untukmu,
bila itu belum cukup,
masih tersedia dunia lain yang kutabur di benih alam cintaku.

Lihatlah bunga mawar di telinga kananmu,
setiap saat merekah,
adalah langkahku menggandeng tanganmu dalam pelukku,
itu simpul cintaku dalam kepayahanku mengurai rambutmu

Lihatlah kalung melati di lehermu,
tanda perjanjian hatiku,
adalah debar jantungku sepanjang umurku,
dalam tetes air mata yang kujatuhkan untuk menatapmu,
karena kesenduan jiwaku yang menunggu kesetiaanmu,

Duhai wajah yang selalu menemani malam hariku,
yakinlah,
cinta itu hanya untukmu,
hanya untukmu .....

Rabu, 05 Mei 2010

Serat Jangka Jayabaya - III

141. Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
142. Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
143. Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
144. Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
145. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
146. Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
147. Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
148. Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
149. Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
150. Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
151. Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
152. Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
153. Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
154. Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
155. Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
156. Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
157. Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
158. Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
159. Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
160. Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
161. Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
162. Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
163. Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
164. Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
165. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
166. Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
167. Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
168. Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
169. Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
170. Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
171. Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
172. Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
173. Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
174. Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
175. Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
176. Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
177. Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
178. Agama ditantang---Agama ditantang.
179. Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
180. Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
181. Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
182. Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
183. Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
184. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
185. Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
186. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
187. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
188. Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
189. Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
190. Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
191. Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
192. Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
193. Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
194. Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
195. Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
196. Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
197. Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
198. Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
199. Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
200. Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
201. Buruh mangluh---Buruh menangis.
202. Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
203. Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
204. Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
205. Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
206. Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
207. Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
208. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
209. Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
210. Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
211. Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
212. Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
213. Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
214. Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
215. Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
216. Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.



S E L E S A I

Serat Jangka Jayabaya - II

# Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
# Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
# Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
# Guru disatru---Guru dimusuhi.
# Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
# Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
# Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
# Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
# Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
# Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
# Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
# Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
# Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
# Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
# Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
# Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
# Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
# Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
# Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
# Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
# Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
# Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
# Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
# Akeh barang haram---Banyak barang haram.
# Akeh anak haram---Banyak anak haram.
# Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
# Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
# Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
# Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
# Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
# Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
# Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
# Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
# Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
# Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
# Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
# Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
# Sing wedi mati---Yang takut mati.
# Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
# Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
# Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
# Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
# Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
# Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
# Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
# Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
# Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
# Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
# Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
# Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
# Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
# Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
# Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
# Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
# Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
# Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
# Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
# Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
# Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
# Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
# Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
# Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
# Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
# Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
# Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
# Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
# Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
# Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
# Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.


Bersambung ............

Serat Jangka Jayabaya - I

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga.Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keaslianya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yg menuliskan bahwasanya Jayabayalah yg membuat Ramalan-ramalan tersebut

"Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."

Isi Ramalan Jayabaya :

# Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
# Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
# Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
# Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
# Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
# Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
# Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
# Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
# Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
# Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
# Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
# Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
# keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
# Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
# Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
# Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
# Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
# Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
# Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
# Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
# Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
# Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
# Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
# Nantang bapa--- Menantang ayah.
# Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
# Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
# Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
# Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
# Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
# Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
# Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
# Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
# Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
# Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
# Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
# Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
# Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
# Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
# Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
# Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
# Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
# Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
# Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
# Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
# Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang perwira/kejantanan
# Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
# Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
# Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
# Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
# Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang tukar istri/suami.
# Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
# Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
# Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
# Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
# Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
# Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
# Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
# Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
# Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
# Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
# Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
# Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
# Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
# Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
# Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
# Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
# Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
# Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
# Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
# Akeh laknat--- Banyak kutukan
# Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.


Bersambung ....